Merasa Tidak Diperhatikan Pemkab Sorong, Masyarakat Salawati Selatan dan Tengah Kompak Ingin Bergabung ke Raja Ampat

Papua183 Dilihat
Saat Pertemuan di Dermaga Kampung Waliam, Distrik Salawati Tengah, Kabupaten Sorong, Papua Barat, Minggu 2 Desember 2018. (Foto Zainal)
Sorong, medianasional.id – Sejumlah tokoh masyarakat, adat,agama serta tokoh pemuda,perempuan, Salawati Selatan,dan Tengah berkumpul  untuk melakukan pertemuan di dermaga, Kampung Waliam, ibukota distrik Sakawati Tengah, Kabupaten Sorong, Papua Barat,Minggu (2/12) pukul 17:30 waktu setempat.
Pertemuan tersebut, dihadiri kepala kampung Waliam, Yohanes Mugule tujuannya untuk membahas terkait keluhan, dan keinginan masyarakat di 2 (dua) distrik (kecamatan) Salawati Tengah, dimana keinginan masyarakat didaerah tersebut sudah tak terbendung lagi agar Salawati Selatan dan Salawati Selatan segera bisa bergabung dan menjadi bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Raja Ampat.

Disela-sela rapat, ketua dewan adat suku Maya Salawati, Mesak Moifilit kepada media nasional menyampaikan, atas nama adat Maya Salawati, pihak mendukung penuh Salawati Selatan,dan Salawati Tengah masuk menjadi daerah administrasi kabupaten Raja Ampat.

Enam Orang Tokoh Perwakilan Dari 6 Kampung, Saat Rapat Pertemuan di Sailolof, Salawati Selatan, Sabtu 1 Desember 2018. (Foto Zainal)

Menurutnya, dewan adat suku Maya Salawati kecewa atas kebijakan kebijakan Pemerintah kabupaten (Pemkab) Sorong yang kurang pro rakyat. Pasalnya, sambung Mesak, dewan adat suku Maya Salawati sudah banyak menerima laporan dari masyarakat bahkan melihat langsung keadaan daerah Salawati Selatan, dan Salawati Tengah terkesan  daerahnya sangat tertinggal, karena tidak diperhatikan oleh Pemkab Sorong.

“Jangan hanya mau mengeruk  minyak dan gasnya yang merupakan sumber daya alam yang miliki Salawati Tengah, dan Selatan. Tapi tidak mau membangun daerah,dan tidak ada perhatian yang berarti bagi masyarakat setempat yang daerahnya sudah banyak memberikan kontribusi besar bagi PAD kabupaten sorong,” tegasnya.
Saat Pertemuan di Sailolof, Salawati Selatan, Sabtu 1 Desember 2018. (Foto Zainal)
Mesak juga, menyayangkan sikap Pemkab Sorong yang terkesan tidak berpihak  kepada masyarakat adat. Pemkab Sorong lebih condong berpihak kepada perusahaan migas, yaitu jobsmigas, dan skk migas yang mana sampai saat ini, dua perusahaan migas tersebut belum juga menyelesaikan ganti rugi tanah adat. Seharusnya Pemkab Sorong harus memfasilitasi untuk mendorong jobsmigas, dan skk migas agar segera menyelesaikan pembayaran ganti rugi tanah adat
Mesak menambahkan, kalau berbicara sejarah tapal batas wilayah Salawati Selatan, dan Tengah itu masuk dalam wilayah Raja Ampat bukan wilayah Kabupaten Sorong. Fakta sejarah, Raja Ampat memiliki, dan dikenal dengan 4 (empat) pulau besar, yaitu pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool.
Dijelaskannya, tetapi karena adanya kepentingan pada saat itu, wilayah Salawati terbagi sebagian masuk wilayah administrasi Kabupaten Sorong, dan sisanya masuk wilayah Raja Ampat (4). Sehingga sejumlah orang yang tahu sejarah, kabarnya menyebut daerah Bahari (Raja Ampat) namanya bukan Kabupaten Raja Ampat, tapi Kabupaten Raja 3 1/2 (tiga setengah) karena terbaginya pulau Salawati.
“Hari ini, saya menyatakan sikap atas nama adat suku Maya bersama masyarakat Salawati lainnya akan berjuang mengembalikan Salawati Selatan, dan Salawati Tengah menjadi bagian dari wilayah administrasi Kabupaten Raja Ampat,” tegas Mesak.
Sebelumnya, ratusan warga dari 6 (enam) Kampung, Sailolof, Masmaspop, Payopop, Dulbatan, Kotlol dan Kampung Bagas berkumpul menggelar rapat yang dupusatkan, di kediaman Mariman, Jalan Pendidikan, Sailolof, Ibukota Distrik (Kecamatan) Salawati Selatan dan rapat itu juga dihadiri Kepala Kampung Manoket, Salawati Selatan, Ngolo yang dikenal juga keras memperjuangkan aspirasi masyarakat setempat yang sudah bulat ingin daerahnya menjadi bagian dari daerah administrasi kabupaten Raja Ampat.

Sejumlah tokoh adat, tokoh masyarakat, dan tokoh agama di enam kampung tersebut yang saat itu mengikuti rapat di Sailolof pada saat itu,kepada media ini mengatakan, atas nama masyarakat Salawati Selatan dan Tengah sudah sepakat ingin bergabung menjadi bagian dari masyarakat Raja Ampat, dan pihaknya akan memperjuangkan Salawati Selatan,dan Tengah masuk menjadi bagian dari daerah administrasi kabupaten Raja Ampat.

“Tidak ada perhatian yang berarti dari Pemkab Sorong selama ini, lihat saja Salawati Selatan, dan Tengah tidak memperoleh penerangan listrik dari PLN,” kata sejumlah tokoh, dengan kompak.

Menurutnya, infrastruktur jalan, bangunan sekolah tidak diperhatikan, minimnya fasilitas dan tenaga medis yang dibutuhkan tidak diperhatikan. Parahnya lagi, kantor Distrik Salawati Selatan yang rusak akibat kebakaran sampai saat ini juga dibiarkan begitu saja. Sehingga berdampak pada pelayanan kepada masyarakat yang tidak maksimal, hal itu juga, menjadi salah satu  penyebab kekesalan masyarakat setempat kepada Pemkab Sorong.

Terkait hal tersebut, empat putra berdarah asli Sailolof, Salawati Selatan antara lain, Kepala Bagian Hukum pada Setda Raja Ampat, Mohliyat Mayalibit, Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Raja Ampat, Muhiddin Umalelen Kepala Bagian Organisasi Setda Raja Ampat, Rukunuddin Arfan, Syamsul Rumasukun merasa terpanggil untuk mendengar dwn mencarikan solusi atas keluhan masyarakat yang ada di Salawati Selatan, dan Tengah.

Pertemuan di dua kampung dihadiri Lasiman yang diketahui menjabat sebagai Asisten I (satu) Bidang Pemerintahan pada  Setda Raja Ampat didampingi Kepala Badan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Orideko Iriano Burdam serta Kepala Bagian Pemerintahan Setda Raja Ampat Mansyur Syahdan.

Keturunan Raja Salawati, Mohliyat Mayalibit yang dipercaya warga Salawati Selatan, dan Salawati Tengah di dua tempat pertemuan menyampaikan, dirinya akan memperjuangkan sampai titik darah penghabisan untuk mengembalikan Salawati Selatan, dan Salawati Tengah ke Raja Ampat dan Masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Raja Ampat.

Sementara, Lasiman mewakili Bupati Raja Ampat Abdul Faris Umlati menyampaikan, atas nama pribadi dan Pemerintah kabupaten Raja Ampat saya mengucapkan terimakasih atas undangannya.
“Mohon maaf, karena bupati tidak bisa hadir karena ada tugas yang tidak bisa ditinggalkan sehingga, saya yang mewakili,” kata Asisten satu, Lasiman.
Dikatakannya, sesampainya di Waisai, Raja Ampat apa yang menjadi aspirasi, keinginan masyarakat  Salawati Selatan, dan Salawati Tengah. Lasiman berjanji, dirinya akan menindaklanjuti dan segera menyampaikannya kepada Bupati Raja Ampat, Abdul Faris Umlati. (Tim/Zainal)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.