Mahalnya Biaya Pendidikan, Masih Membebani Masyarakat Kurang Mampu

Tulungagung149 Dilihat
SMK N 1 Rejotangan (atas). Rumah Suharti (bawah).

Tulungagung, medianasional.id – Suharti Warga Desa Bendil Jati Wetan Rt 02 Rw 03 Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung, merupakan Wali Murid dari salah satu siswa SMK N 1 Rejotangan berinisial WTL. Suharti merasa terbebani dengan banyaknya sumbangan Jariyah yang ditentukan oleh pihak Sekolahan dan Komite.

Suharti yang mempunyai 4 anak itu mengaku kalau dirinya berjuang hidup sendiri dalam mencukupi kebutuhan anak-anaknya untuk sehari – hari, karena suaminya sudah lama tidak pulang dan tidak peduli lagi kepada keluarganya. Suharti dalam kehidupannya bisa dibilang dari keluarga yang kurang mampu.

Saat dikonfirmasi wartawan di rumahnya, Suharti mengatakan dirinya sangat keberatan dengan adanya tarikan atau sumbangan jariyah yang ditentukan oleh pihak SMKN 1 Rejotangan yang baginya begitu besar.

“Besaran sumbangan yang ditentukan oleh pihak sekolahan melalu rapat komite sekitar Rp 2 juta per siswa, dan Rp 190.000 untuk SPP perbulannya,” katanya, Kamis (13/12).

Suharti juga menambahkan selama anaknya mulai masuk sekolah sampai hari ini kurang lebih ada 6 bulan belum bisa dan belum mampu membayar SPP. “Karena untuk memenuhi kebutuhan hidup saja susah mas,” tambahnya.

Suharti menceritakan, kalau anaknya dulu bisa masuk dan diterima di SMKN 1 Rejotangan melalui tes atau jalur online.

“Anak saya itu bisa diterima di SMKN 1 Rejotangan lewat Tes mas. Setelah diumumkan diterima di sekolahan itu, anak saya mengambil formulir untuk diisi, dan untuk mengambil formulir itu pihak sekolah minta harus bayar dulu uang seragam, kalau tidak bayar uang seragam anak saya tidak bisa sekolah di situ. Terus saya cari uang dan saya sanggup angsur Rp 200 ribu,” ungkapnya dengan nada sedih.

Suharti juga menambahkan untuk sumbangan Jariyah yang sudah ditentukan Rp 2 juta itu Suharti merasa keberatan dan terbebani. Ia meminta pihak sekolahan lebih meringankan atau digratiskan untuk siswa yang kurangmampu. “Tapi dari pihak sekolahan bilang kalau gratis tidak bisa, bisanya kurang dari ketentuan itu, dengan besaran sumbangan minimal Rp 1 juta yang harus dibayar. Itupun harus bawa surat keterangan tidak mampu dari Desa (SKTM), walaupun anaknya sudah memiliki Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan dari nilai Rp 1 juta saya angsur Rp 100 ribu,” terangnya.

Di tempat terpisah, memang kehidupan Suharti tergolong dari keluarga yang kurang mampu dan perlu diperhatikan oleh Pemerintah, ucap salah seorang perankat desa setempat.

“Benar Suharti sudah lama menjadi tulang punggung keluarga dan bekerja sebagai buruh serabutan yang mempunyai 4 anak dan menghidupi ibunya selama ini,” katanya.

Staf Desa yang enggan disebut namanya itu juga menambahkan, memang benar anaknya yang bernama (WTL) masih sekolah di SMKN 1  Rejotangan karena pernah minta Surat Keterangan Tidak Mampu di Desa untuk minta keringanan biaya di sekolah,” jelasnya saat dikonfirmasi di kantor Desa Bendiljati wetan. Kamis (13/12).

Sampai berita ini diturunkan dari pihak SMKN 1 Rejotangan belum bisa dimintai keterangan, karena ada kegiatan di Jakarta, kata seorang staf sekolahan.

Reporter : Arsoni

Editor     : Dian

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.