Kejujuaran dan Keikhlasan Relawan Harus di Utamakan

Jawa Tengah384 Dilihat

Batang, medianasional.id – Menjadi relawan adalah panggilan jiwa sebagai manusia sosial, namun sebagai relawan jangan mencari sesuatu harta yang di miliki korban yang terkena musibah, jadilah relawan yang mengutamakan  kejujuran,  Ikhlas karena ketika di lapangan relawan akan diuji kejujuran dan keikhlasanya membantu tanpa harus melaihat ras, suku, agama dan golongan.

“Jadilah relawan yang jujur, jangan sampai relawan ketika bencana yang di cari sesuatu, menemukan barang berharga sekecil apapun milik korban bencana harus dilaporkan, ini adalah Kejujuran dan bagian dari integritas, karena bukan saja menolong orang atau menenmukan jasad tapi menemukan harta berharga pun itu sebuah prestasi,” Kata Wakil Bupati Suyono saat membuka pelatihan dukungan Psikososial Penaggulangan Becana yang berlangsung di Hotel Dewi Ratih Senin ( 16/4/18.

Ia juga mengatakan, pelatihan tersebut sangat penting karena bagian dari kewaspadaan Kabupaten Batang dalam rangka penanggulangan bencana,  atau mendeteksi dini bencana yang akan di rasakan oleh masyarakat, maka harus di persiapkan secara dini agar kejadian yang tak terduga bisa mempersiapkan diri baik secara struktural maupun individu.

“ Pelatihan untuk kesiapan relawan agar bisa tampil kapanpun dari terjadi bencana maupun paska bencana, Relawan juga harus mampu memulihkan psikososial kesehatan mental/emosionalnya paska bencana, ini juga bagian dari tanggungjawab pemerintah hadir ditengah – tengah masyarakat yang di lakukan oleh para relawan,” jelas Suyono

Diharapkan juga oleh Wakil Bupati, agar relawan –relawan untuk selalu waspada dan berpikir berbuat dan bertindak yang terbaik bagi dirinya, sererta memberikan peringatan – peringatan berbahaya kepada masyarakat serta patuh dan tunduk terhadap peraturan , sehingga tidak mencelakaan dirinya sendiri maupun korban yang terkena musibah.

“ Kami sangat apresiasi dan berterimaksih kepada relawan atas bantuanya dan untuk selalu bersinergi, koordinasi dan komunikasi dengan pemerintah. Hal ini agar hal – hal yang dibutuhkan oleh relawan bisa memberikan solusi yang di butuhkan oleh masyarakat yang terkena bencana,” Terangnya

Tim Fasilitator BPBD Jawa Tengah Joko Supriyanto mengatakan, Pelatihan Psikososial ini ada di ranah paska bencana dan pemulihanya, karena dalam slogan pasca bencana BPBD membangun lebih baik dan berkesenimbangunan, dan dalam membangun kita tidak boleh hanya partisipasi.

“Dalam bencana kerusakan rumah, bangunan dan korban jiwa, kita disatu sisi harus ada pemulihan mental manusia yang perlu di pulihkan yang pemulihanya bukan seadanya, tapi sesuai dengan slogan kita memulihkan menjadi lebih baik dari keadaan semua,” jelas Joko supriono

Maka di dalam pelatihan ini lanjutnya, yang kita capai untuk menyamakan persepsi relawan tentang psikososial yang akan banyak berdiskusi tentang local wisdom untuk dihormati, seperti seni dan budaya untuk menghibur psikososial, dan juga  membangun koordinasi, jejaring sosial supaya dalam penanggulangan bencana tidak main partisan masing – masing.

“ Harus ada koordinasi dengan lembaga relawan ataupun instansi lainya ketika terjadi bencana, siapa yang harus mengerjakan apa dan itu harus ada pembagaian tugas,” Katanya

Pelatihan ini memberi gambaran kepada relawan untuk pertolongan pertama menangani korban bencana pasca kejadian atau Psychological First Aid (PFA). Untuk mengurangi beban mental korban dengan pendekatan yang sangat impati jangan sampai kontra produktif.

Sementara Kepala BPBD Kabupaten Batang Ulul Azmi mengatakan, kegitan pelatihan tersebut untuk menyiapkan tenaga yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas dalam dukungan psikososial pasca bencana, sehingga bilamana diperlukan dalam situasi darurat bisa langsung di terjunkan.

“Pelatihan ini untuk kesiapan relawan dalam dukungan psikososial untuk melakukan pendampingan baik diwilayah sendiri maupun diwilayah lain  yang terkena bencana,” Kata Ulul Azmi

Pelatihan ini juga untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya ketrampilan dalam memberikan psikososial dalam saat terjadi bencana dan pasca bencana, dan meningkatkan kapasitas daerah dalam penanggulangan bencana serta dapat mengimplementasikan ketrampilan yang di peroleh dari pelatihan kepada keluarga terdekat dan lingkungan sekitar.

“ sehingga setelah peristiwa bencana yang terjadi dapat mengembalikan individu keluarga dan masyarakat yaitu setelah peristiwa bencana terjadi dapat segera bersama menjadi kuat, berfungsi optimal dan memiliki ketangguhan menghadapi masalah, sehingga menjadi produktif dan baik,”  jelasnya Ulul Azmi. (Son /edo)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.