Batik Asli Batang Rifaiyah Motif Tiga Negeri Syarat Spiritual

Batang136 Dilihat

Batang, medianasional.id – Batik Rifaiyah Motif Tiga Negeri yang sudah menjadi primadona pencinta batik, dalam prosesnya memiliki sejarah dan syarat spiritual, sehingga tidak heran kalau harganya pun cukup mahal, tidak hanya dalam negeri saja yang memburu batik tersebut, tapi juga mampu menembus pasar ekspor.

Ketua Kelompok Tunas Harapan Batik Rifaiyah Miftakhutin mengatakan, Batik Rifaiyah merupakan warisan nenek moyang dari keturunan Syech KH. Ahmad Rifai dari Desa Kali Pucang Wetan Kecamatan Batang, yang menurut sejarah proses pembuatan batik sebagai media untuk syiar agama Islam pada zaman dahulu.

“Dalam proses pembuatannya ada ritual yang biasa dijalankan sebelum membatik dengan sholat Dhuha terlebih dahulu, membatiknya seringkali diiringi kidung syair berbahasa Jawa dan Arab yang berisi nasehat kepada manusia dan lingkungan alam semesta,” kata Miftakhutin di Galeri dan Workshop Batik Rifaiyah Desa Kalipucang Wetan Batang, Selasa (22/5/18).

Ia juga mengatakan bahwa batik Rifaiyah tidak di klaim komunitas Rifaiyah, akan tetapi sudah terjadi akulturasi batik dari daerah lain seperti Lasem yang berdominan warna merah, Solo dominan warna coklat dan Rifaiyah sendiri dominan warna biru indigo.

“Dari pencampuran tadi memunculkan jenis batik baru yang diberi nama batik tiga negeri khas Rifaiyah dan sudah dikembangkan turun temurun,” ungkap Miftakhutin yang merupakan pembatik setempat sebagai generasi ke lima.

Dijelaskan juga ada ciri khas batik tiga negeri rifaiyah yang melarang penggambaran motif hewan secara utuh pada lembaran kain, karena mereka menyakini itu berdosa, adapun proses pembuatannya yang lama waktunya mencapai 3 minggu selesai, sedang mencapai 2 bulan dan yang halus mencapai 6 bulan untuk satu helai kain.

“Untuk harga batik Rifaiyah Tiga Negeri termurah Rp 350 ribu untuk batik kasar, untuk batik sedang mencapai Rp 4 juta, batik halus dijual Rp 6,5 juta, dengan pemasaran seluruh Indonesia, singapura, Malaysia, India, Korea, Jepang, Yunani, Amerika, dan Swedia,” jelas Miftakhutin.

Lebih lanjut, batik Rifaiyah murni tulis tidak mau berubah ke industri karena lebih mempertahankan ciri tradisi. Sehingga kita hanya melayani pesananan terbatas.

“Kami membatik bukan menjadi bagian hidup, karena kalau secara ekonomi tidak memungkinkannya. Semangatnya hanya pertahankan tradisi dan warisan leluhur”, ucapnya.

Keberpihakan pemerintah daerah sangat mendukung sekali dengan memberikan bantuan alat dan pelatihan serta mengikuti pameran, tidak hanya itu Pemkab juga mempromosikan setiap tamunya yang datang ke Batang.

Bupati Batang Wihaji mengatakan, Batik Rifaiyah memang punya karakter dan memiliki khas, karena proses pembuatannya dengan menggunakan hati, sehingga wajar kalau harganyapun mahal.

Wihaji juga mengatakan untuk menggeliatkan Batik Rifaiyah sebagai ikon batik Batang, Pemkab akan membuat regulasi untuk keberpihakan usaha batik yang ada di Batang tentunya dengan mewajibkan ASN dalam satu hari mengunakan batik tulis Rifaiyah dan harus produk Batang asli.

“Untuk mengangkat batik kita akan bumingkan di tingkat daerah, yang mewajibkan ASN untuk menggunakan pakaian batik khas Rifaiyah,” tegas Wihaji.

Untuk mendukung visit to Batang 2022 sebagai heaven of Asia lanjutanya, Pemkab akan memperhatikan dan mendukung usaha – usaha ekonomi kreatif karena wisata tidak lepas dari usaha ekonomi kreatif. Dan salah satu kekuatan kita ada pada juga batik Rifaiyah.

“Kita akan hidupkan kampung – kampung ekonomi kreatif, salah satunya kampung batik Rifaiyah, oleh karena itu Pemkab akan hadir mempersiapkan segala sesuatunya dari pembatiknya sampai bahan baku dan pernak – pernik yang medukungnya,” kata Wihaji.

Karena keterbatasan bahan baku terutama kain, maka untuk mendukung ketersediaan kainnya Wihaji akan berkomunikasi dengan Pabrik Tekstil yang ada di Batang dalam rangka bina lingkungan  meminta stok bahan kain.

“Karena kita memiliki Pabrik Tekstil dan untuk bina lingkungan maka kami minta ada pendistribusian langsung bahan kain untuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) batik yang ada di Batang,” pinta Wihaji kepada Pabrik Tekstil yang ada di Batang.  Dengan keterbatasan bahan baku, terutama kain akan kita komunikasikan dengan perusahaan tekstil. (Son)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.