Antar Dewa ke Nirwana Awali Imlek di Klenteng Poo An Kiong Blitar

Jawa Timur93 Dilihat

Blitar, redaksimedinas.com – Sembahyang menghantar para Sien Bing (dewa) naik ke Song Shen (nirwana) menjadi ritual awal menyambut Imlek. Ritual itu telah dilakukan di Klenteng Poo An Kiong di Jalan Mawar Kota Blitar.

Dalam ritual ini, sembahyang dilakukan untuk mengantar Kong Co dan Mak Co ke nirwana. Kong Co dan Mak Co inilah yang diyakini sebagai tuan rumah di Klenteng Poo An Kiong. Tuan rumah atau Kiem Sien ini diyakini menjadi dewa bagi setiap klenteng yang akan melindungi tempat tersebut dan yang menghuninya.

“Tiap klenteng punya tuan rumah sendiri-sendiri. Kami menyebutnya dengan Kiem Sien. Sembahyang semalam itu selalu dilakukan sepekan menjelang Imlek,” kata Biokong (juru kunci) Klenteng Poo An Kiong Akiu (73) ditemui di klenteng, Jumat (9/2/2018).

Perjalanan Kiem Sien ke nirwana, kata Akiu, dilakukan setahun sekali. Mereka menghadap Tuhan untuk melaporkan perbuatan umat manusia, selama tinggal di bumi tahun ini.

Usai sembahyang, saat ini tampak beberapa pekerja membenahi sudut-sudut klenteng. Kegiatan ini merupakan persiapan klenteng menyambut Hari Raya Imlek dan Cap Go Meh 2569.

“Nanti Minggu (11/2), kami akan memandikan Kiem Sien. Baru pada Rabu (15/2) kami gelar sembahyang menyambut pergantian Tahun Baru Imlek ke 2569. Sembahyang pukul 24.00 WIB, sebelum itu nanti ada beberapa pertunjukkan seperti barongsay, musik, dan tari di pelataran klenteng,” kata Biokong.

Menjelang Imlek, fenomena alam selalu disertai berhembusnya angin cukup kencang. Menurut Biokong, fenomena itu merupakan perwujudan cara alam membersihkan semua unsur kotor di atas bumi.

“Angin itu membawa serta semua yang kotor di atas bumi. Tahun baru harus dimulai dengan bersih, baik alamnya maupun semua penghuni alam,” ungkapnya.

Tiga hari usai Imlek, atau tepatnya Senin (19/2) klenteng kembali mengadakan sembahyang menyambut para Sien Bing turun ke bumi (Cie Sien). Dilanjutkan pada Jumat (23/2) tepat pukul 24.00 WIB dilaksanakan sembahyang King Thi Kong.

“Ini sembahyang yang ditujukan pada alam dan bumi. Sebagai perwujudan kita manusia yang menghuninya harus tahu diri,” pungkasnya. (nrt)

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.